Titian Foundation

Upaya Masa Lalu

Titian berhasil menyelesaikan sejumlah proyek signifikan dan kemudian mampu berjalan secara mandiri. Kami tentu saja masih mengawasi, selain gembira melihat kemajuan mereka yang berkelanjutan. Masing-masing adalah kisah yang memberikan inspirasi dan mencerminkan prinsip kerja Titian. Harapan kami adalah bisa bekerja sama dengan mitra untuk melakukan proyek-proyek serupa di masa depan.

Titik Awal: Proyek Aceh-Nias

Lily Kasoem, seorang pengusaha Indonesia, tergerak untuk mengunjungi Provinsi Aceh yang hancur oleh bencana tsunami tahun 2004. Seluruh kota tersapu ombak dan lebih dari setengah juta orang yang tersisa mengungsi. Dua tahun setelah bekerja tanpa lelah membantu para korban yang bertahan hidup di Aceh, beliau mendirikan Yayasan Titian dan memutuskan untuk secara purnawaktu membantu masyarakat yang kurang beruntung di Indonesia.

Sekolah Menengah Kejuruan Bayat

Titian berhasil menyelesaikan sejumlah proyek signifikan dan kemudian mampu berjalan secara mandiri. Kami tentu saja masih mengawasi, selain gembira melihat kemajuan mereka yang berkelanjutan. Masing-masing adalah kisah yang memberikan inspirasi dan mencerminkan prinsip kerja Titian. Harapan kami adalah bisa bekerja sama dengan mitra untuk melakukan proyek-proyek serupa di masa depan.

Cigalontang, Tasikmalaya

Pada tahun 2009, Titian membantu untuk membangun kembali sebelas rumah yang tersapu oleh tanah longsor di desa kecil Cigalontang di Tasikmalaya.

Pembiayaan Mikro

Membantu anak-anak mendapatkan pendidikan adalah salah satu cara untuk mengeluarkan mereka dari lingkaran kemiskinan, namun Titian melihat orang tua mereka juga membutuhkan bantuan untuk memperbaiki taraf hidup keluarga. Seringkali, halangan untuk kemajuan mereka adalah terbatasnya akses permodalan yang dihadapi usaha mikro/kecil di daerah terpencil. Itu sebabnya, pada tahun 2014, Titian meluncurkan Program Pembiayaan Mikro.

ICT Untuk Pendidikan

Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan atau Information and Communications Technology (ICT) for Education diakui secara internasional sebagai alat vital untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan keterampilan pembelajaran seumur hidup bagi siswa sekolah. ICT juga membantu meningkatkan kinerja administrasi sekolah dan menghasilkan guru yang lebih baik melalui peningkatan metodologi pengajaran dan pembelajaran.

Kunci dari Semua yang Titian Lakukan adalah Keberlanjutan. Kunci dari Semua yang Titian Lakukan adalah Keberlanjutan. Kunci dari Semua yang Titian Lakukan adalah Keberlanjutan.
Kunci dari Semua yang Titian Lakukan adalah Keberlanjutan. Kunci dari Semua yang Titian Lakukan adalah Keberlanjutan. Kunci dari Semua yang Titian Lakukan adalah Keberlanjutan.

Aceh Nias Project

Lily Kasoem, seorang pengusaha Indonesia, tergerak untuk mengunjungi Provinsi Aceh yang hancur oleh bencana tsunami tahun 2004. Seluruh kota tersapu ombak dan lebih dari setengah juta orang yang tersisa mengungsi. Dua tahun setelah bekerja tanpa lelah membantu para korban yang bertahan hidup di Aceh, beliau mendirikan Yayasan Titian dan memutuskan untuk secara purnawaktu membantu masyarakat yang kurang beruntung di Indonesia.

Sejak itu, kami terus membantu masyarakat Aceh memulihkan dan membangun kembali wilayah mereka. Dengan bekerja sama dengan instansi lokal dan badan resmi pemerintah yang dibentuk setelah terjadinya bencana, yakni BRR NAD-Nias, kami mampu membuat perbedaan secara signifikan dalam pemulihan aktivitas finansial di kawasan ini.

Program Pemberdayaan Para Janda Pasca-Tsunami—Produksi Pangan yang Mengarah pada Kemandirian Finansial

Salah satu dari banyak cerita mengharukan yang muncul dari situasi menyedihkan akibat tsunami 2004 adalah kisah para pedagang pasar Lamreh yang berdagang di sebuah bangunan yang dibangun oleh Soroptimist International, sebuah organisasi yang didedikasikan bagi pemberdayaan perempuan.

Dengan bermitra dengan perusahaan jasa keuangan CLSA, kami dapat melaksanakan program di mana 134 perempuan dari Pidie, Aceh, yang kehilangan suami saat bencana tsunami bisa menjadi mandiri secara finansial dari perkembangan usaha pemrosesan makanan. Kami memberikan para perempuan tersebut pelatihan kewirausahaan dan tetap menjalin hubungan baik hingga saat ini.

Sekolah Menengah Kejuruan Bayat

Ketika Gubernur Jawa Tengah pada masa itu, Bpk. Mardianto, meminta kami untuk membangun sekolah di Bayat, dan telah menyediakan tanah untuk kami seluas 26.000 m², kami langsung mengambil kesempatan itu tanpa keraguan sedikit pun.

Dengan bekerja sama dengan pemerintah kabupaten, dan dengan dana yang diberikan secara murah hati oleh Qatar Foundation melalui program ROTA, kami mulai membangun SMK modern yang berfokus pada kerajinan tradisional batik dan keramik. Sekolah itu secara resmi dibuka pada tahun 2009 dan kami bangga bahwa angkatan pertama SMK NEGERI 1 ROTA Bayat telah lulus dan mengejar pendidikan tinggi atau mulai bekerja.

Keterampilan Tradisional yang Diajarkan di Sekolah Modern

Batik dan keramik merupakan keterampilan yang telah ada di masyarakat setempat, jadi alangkah tepat membangun sekolah kejuruan sebagai sarana untuk melestarikan dan mengembangkan kekuatan yang telah dimiliki masyarakat. Dukungan atas pengembangan kerajinan keramik datang kemudian dari profesor ternama Chitaru Kawasaki, yang bergabung dengan tim sebagai relawan profesional, untuk memberikan konsultasi teknis dalam hal kurikulum dan bengkel kerja keramik.

Sekolah kejuruan ini memiliki empat ruang kelas untuk kelas 1,2, dan 3. Dengan luas sekitar 5.600 m², bangunan sekolah dilengkapi dengan dua bengkel kerja untuk setiap jurusan, kantor guru, laboratorium bahasa, perpustakaan, laboratorium komputer, auditorium, serta galeri komersial tempat para siswa menjual produk mereka ke masyarakat. Fasilitas rekreasi mencakup lapangan voli, kantin, dan taman sepeda tertutup.

Berkarya Bersama

Kami berterima kasih kepada para mitra kami dalam proyek ini. Selain menyediakan tanah, pemerintah Kabupaten Klaten juga menyediakan guru, peralatan, pendampingan, serta izin yang diperlukan. Program ROTA dari Qatar Foundation juga menyediakan dana untuk membangun sekolah. Bersama-sama, kami telah membuat perbedaan secara signifikan bagi lebih dari 500 siswa serta keluarga mereka di masyarakat. Dengan adanya sekolah ini, anak-anak daerah tertinggal di Bayat memiliki akses ke fasilitas pendidikan. Sungguh suatu kebahagiaan sendiri bagi kami melihat banyak siswa yang setelah lulus SMK mendapatkan beasiswa untuk kuliah dengan usaha mereka sendiri.

Kami terus mendukung dan memantau SMK ini dengan sangat hati-hati. Namun lebih dari itu, kami terus menjalin kontak dengan para siswa yang telah berhasil dalam studi mereka. Kami ingin terus memberikan dukungan saat mereka terus bergerak maju supaya suatu hari kelak mereka dapat kembali dan membantu membangun masyarakat di tempat asal mereka.

Cigalontang, Tasikmalaya

Pada tahun 2009, Titian membantu untuk membangun kembali sebelas rumah yang tersapu oleh tanah longsor di desa kecil Cigalontang di Tasikmalaya.

Pada September 2009, gempa tektonik berkekuatan 7,3 Skala Richter melanda barat daya Tasikmalaya, Jawa Barat yang mengakibatkan banyak korban. Buntut dari gempa ini termasuk tanah longsor di daerah perbukitan Tasikmalaya, seperti Cigalontang yang rumah-rumah warganya hancur. Titian kemudian membantu membangun kembali sebelas rumah di Cigalontang. Sebagai bagian dari skema yang sama, kami juga mengembangkan Sentra Pembelajaran Masyarakat (CLC) di desa tersebut.

Pembiayaan Mikro

Membantu anak-anak mendapatkan pendidikan adalah salah satu cara untuk mengeluarkan mereka dari lingkaran kemiskinan, namun Titian melihat orang tua mereka juga membutuhkan bantuan untuk memperbaiki taraf hidup keluarga. Seringkali, halangan untuk kemajuan mereka adalah terbatasnya akses permodalan yang dihadapi usaha mikro/kecil di daerah terpencil. Itu sebabnya, pada tahun 2014, Titian meluncurkan Program Pembiayaan Mikro.

Titian memprakarsai Program Pembiayaan Mikro atau Microfinance tersebut dengan dua lembaga perbankan terkemuka—Panin Bank Syariah dan BMT Bina Ihsanul Fikri (BIF) untuk memfasilitasi permodalan bagi usaha mikro/kecil. Program ini awalnya ditawarkan kepada orang tua penerima beasiswa, tetapi kemudian diperluas ke pengusaha kecil lainnya di Bayat, Klaten. Program Pembiayaan Mikro menjadi angin segar pengganti rentenir yang sering menjebak pengusaha mikro di desa-desa kecil seperti Bayat.

Pertemuan rutin diadakan sebagai forum untuk mengajarkan para anggota cara mengelola usaha dan berbagi ide untuk meningkatkan produktivitas serta pendapatan mereka. Pertemuan ini juga untuk membangun kerja sama yang baik antaranggota dan memungkinkan mereka untuk berbagi kisah sukses tentang perjalanan usaha mereka.

Titian menemukan bahwa produksi meningkat sebanyak 25% setelah anggota mendapat pinjaman. Banyak dari mereka bisa berproduksi hingga tiga kali lipat sebagai hasil dari pendanaan tambahan tersebut. Total penyaluran pinjaman per Desember 2019 untuk program ini bernilai Rp200 juta. Beberapa penerima manfaat Program Microfinance tersebut menjadi sangat sukses, sehingga mereka bisa beralih ke pinjaman bank konvensional, yang menandakan kemampuan mereka mengelola stabilitas usaha dalam jangka panjang.

ICT Untuk Pendidikan

Meningkatkan kualitas pendidikan dengan menyediakan akses teknologi informasi dan komunikasi.

Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan atau Information and Communications Technology (ICT) for Education diakui secara internasional sebagai alat vital untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan keterampilan pembelajaran seumur hidup bagi siswa sekolah. ICT juga membantu meningkatkan kinerja administrasi sekolah dan menghasilkan guru yang lebih baik melalui peningkatan metodologi pengajaran dan pembelajaran.

ROTA (bagian dari Qatar Foundation), dalam kemitraan dengan Qatar Petroleum sebagai mitra pendanaan dan Titian Foundation sebagai mitra pelaksana, meluncurkan proyek percontohan pertamanya yang membawa potensi ICT ke 13 sekolah di Yogyakarta, Indonesia.

Tujuan umum program ICT for Education adalah untuk:

  • Memberikan akses atau meningkatkan ICT sekolah dengan menyediakan perangkat keras dan lunak, serta perangkat multimedia dan koneksi Internet.
  • Mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan ICT secara efisien demi mendukung dan meningkatkan proses belajar-mengajar.
  • Mengembangkan proyek dan kegiatan yang memungkinkan para guru dan siswa menggunakan ICT untuk pendidikan, serta untuk berelasi dan bekerja sama dengan sekolah dan komunitas lainnya.

Serangkaian pelatihan, baik untuk tingkat pelatih mahir maupun guru, diselenggarakan dengan bekerja sama dengan Intel Indonesia dan Infest—penyedia pelatihan program, selama kurun waktu dua tahun tersebut.