Titian Foundation

Perjalanan Menuju Keberhasilan: Kami Tetap Menang

Menghadapi keberhasilan yang tertunda sering kali menjadi pengalaman yang menakutkan bagi banyak anak. Di Titian, setiap anak dibimbing untuk tidak hanya fokus pada kesuksesan atau pencapaian akhir sesuai target mereka masing-masing, tetapi juga pada proses perjalanan mereka. Dalam perjalanan tersebut, mereka dihadapkan dengan tantangan dan rintangan yang kadang berpengaruh kepada kondisi psikis mereka. Namun, mereka kemudian menyadari bahwa keberhasilan tidak hanya mengenai mencapai tujuan utama, tetapi juga tentang bagaimana mereka menghadapi kegagalan itu sendiri dengan keberanian.


Tentu, para pendamping Titian senantiasa memberikan penguatan kepada para beswan, mengingatkan mereka bahwa mereka luar biasa karena mereka mau berusaha dan berani mencoba. Setiap usaha yang telah dilakukan sungguh layak untuk membuat mereka untuk merasa bangga atas usaha yang telah mereka lakukan. Segala bentuk perjuangan, termasuk keberanian mengalahkan rasa malas demi pengembangan diri, selalu diapresiasi. Selain itu, pendamping Titian terus mendorong mereka untuk bangkit lagi, memberikan inspirasi bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya dan menyampaikan kepada para beswan bahwa pencapaian mereka saat ini merupakan bagian dari proses untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

Dilihat dari perspektif David Kolb dalam teori ‘Experiential Learning’-nya, setiap kegagalan justru merupakan sebuah pembelajaran yang tak ternilai. Metode Experiential Learning yang dipopulerkan oleh David Kolb ini adalah poros dari Program Beasiswa di Titian untuk mendukung pembentukan pribadi beswan. Kegagalan, menurut Kolb, adalah elemen esensial dalam pembelajaran yang didapatkan dari sebuah pengalaman. Ia menegaskan bahwa kegagalan memberikan kesempatan untuk menemukan solusi baru. Dengan mengalami kegagalan, anak-anak di Titian belajar untuk tidak mudah menyerah, melainkan untuk terus berusaha dengan cara lain yang lebih efisien dan juga sesuai. Inilah yang membuat mereka pada akhirnya mampu menang dalam pemaknaan yang lebih luas. Beswan Titian tidak hanya diarahkan untuk meraih prestasi akademis atau memenangkan sesuatu, tetapi juga untuk mengembangkan keterampilan hidup, termasuk menghadapi keberhasilan yang tertunda. Mereka didampingi. Diarahkan.


Tulisan ini merupakan sekumpulan kisah bagaimana empat penerima beasiswa kami—dua dari Bayat dan dua dari Lombok—dalam menyikapi setiap kegagalan sebagai langkah menuju kemajuan. Mereka telah belajar bahwa kemenangan yang sesungguhnya adalah ketika mereka bisa bangkit dan mencoba lagi, meskipun badai menghadang dan jalan terasa begitu terjal. Pada akhirnya, anak-anak ini tetap menang. Bukan semata-mata karena mereka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, tetapi karena mereka berhasil melewati penundaan keberhasilan, belajar dari pengalaman tersebut dan memaknainya, dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat.

Kisah Marko: Menemukan Versi Diriku yang Terbaik

Aku mau berbagi cerita tentang pengalamanku saat mengikuti seleksi pemain basket se-NTB untuk berangkat ke Lithuania. Aku senang sekali ketika mendapatkan kesempatan tersebut, apalagi aku memang menyukai basket sejak aku SMP. Saat seleksi pemain basket, aku bertemu dengan banyak pemain hebat seumuranku dari seluruh NTB. Bahkan tidak sedikit juga yang tingginya di atas 180 cm sepertiku. Aku mengikuti seleksi selama tiga hari berturut-turut. Di hari pertama, kami melakukan seleksi fisik mulai dari pengukuran tinggi badan, berat badan, lompatan vertikal, dan sprint. Aku sangat percaya diri di hari pertama karena lompatan vertikalku termasuk yang tertinggi, yaitu sekitar 316 cm! Namun, di hari terakhir, permainanku benar-benar kacau, bahkan aku tidak bisa membawa bola dengan benar, tidak seperti teman-temanku yang lainnya. Alhasil, aku tidak berhasil lolos seleksi. Meskipun aku gagal di seleksi ini, aku merasa sangat bersyukur dan senang sekali sudah mengikuti seleksi ini. Aku telah banyak belajar. Aku menjadi sadar apa aja kekuranganku dan aku juga jadi punya target untuk melampaui para pemain hebat yang ada di NTB. Meskipun awalnya sempat frustasi, tapi aku tetep coba buat bangkit lagi. Selain itu, para pendamping Titian dan juga kedua orang tuaku juga selalu memberikan dukungan.


Banyak juga materi dan motivasi yang diberikan oleh Titian padaku, sehingga aku jadi makin semangat untuk latihan. Seperti materi tentang Self Love dan Skala Prioritas yang membantu aku untuk menghargai diriku sendiri dengan tidak terlalu memaksakan diri dan aku sekarang mampu untuk mengatur jadwal untuk latihan agar hasilnya bisa lebih maksimal. Motivasi dari kakak-kakak alumni dan pemateri saat Kelas Literasi Titian juga sangat membantu aku untuk tetap semangat dan tidak menyerah meskipun ada keterbatasan sarana dalam latihan.


Dari cerita pengalaman aku ini, aku berharap supaya teman teman tetap semangat untuk meraih cita-cita. Meskipun kadang kita gagal, kita harus menjadikan kegagalan tersebut sebagai pelajaran untuk menjadi versi yang lebih baik lagi dari diri kita sendiri.

Kisah Rosa: Kehidupan Terus Berjalan

Melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi merupakan impian sebagian orang, termasuk saya. Saat saya masih aktif sebagai siswi SMA, saya memiliki keinginan kuat untuk bisa mendaftar di perguruan tinggi negeri melalui SNBP, tetapi ternyata saya tidak termasuk ke dalam 40 persen siswa terbaik di sekolah saya, artinya saya tidak berhak mendaftar melalui seleksi tersebut. Saya berusaha bangkit dari kenyataan dan memulai kembali perjalanan saya dengan mempersiapkan diri untuk menghadapi SNBT. Namun, ternyata saya juga gagal melalui SNBT.
Bagi saya, tak mengapa beristirahat terlebih dahulu untuk menyiapkan diri membuat lompatan yang lebih jauh. Lompatan itu hanya bisa didapatkan dengan mengenali diri saya dan mengasah potensi saya. Sempat kecewa dengan diri saya sendiri. Selama beberapa hari semenjak pengumuman hasil SNBT, saya sering menitihkan air mata tanpa saya sadari. Di malam harinya, saya takut untuk menghadapi hari esok karena saya merasa sangat berat untuk menjalani hari-hari saya semenjak gagal. Terlebih lagi, ada tekanan eksternal yang membuat saya semakin hancur.


Saya merasa bahwa saya tidak boleh merasa senang sebelum saya berhasil. Saya mengurung diri di dalam rumah, kegiatan saya pun hanya mengerjakan pekerjaan rumah sambil merenungi kegagalan saya. Sampai pada suatu saat saya menyadari bahwa apa yang saya lakukan ini kurang tepat. Kenapa saya menghukum diri saya yang sudah memilih untuk berjuang? Kenapa saya melupakan perjuangan saya dan menganggap bahwa semua itu sia-sia belaka? Haruskah saya hancur hanya karena kegagalan ini? Lalu, apa gunanya saya menghukum diri saya? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang membuat saya sadar bahwa sebenarnya tahun ini adalah pencapaian terbesar saya. Sebab, bagi saya pencapaian yang paling berharga bukan berhasil menggapai mimpi, tetapi berhasil memperjuangkan mimpi. Berhasil menggapai mimpi memang hal yang sangat menyenangkan, tetapi bukankah menghargai perjuangan juga sangat penting? Selama saya menempuh pendidikan, saya selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari saya yang sebelumnya. Lalu, untuk apa saya harus berlarut dalam kesedihan yang tak perlu saya lanjutkan ini?


Selama SMA dan aktif sebagai beswan Titian Foundation, saya mendapatkan pelajaran yang begitu berharga bagi perjalanan saya untuk melanjutkan hidup. Namun, kegiatan yang paling berkesan bagi saya adalah saat kegiatan Outing bersama Titian. Saya diajarkan untuk menulis hal-hal yang saya takuti kemudian melemparkannya ke dalam api. Hal ini merupakan sebuah simbol yang menyadarkan saya bahwa jika saya ingin mengembangkan diri saya, maka saya harus mengenal ketakutan saya terlebih dulu. Dengan begitu, saya tahu apa yang harus saya lakukan untuk menaklukan ketakutan itu dan menghempaskannya dari pikiran saya. Alhasil, atas pembelajaran yang saya dapatkan tersebut, kini saya berhasil lepas dari belenggu ketakutan dan kembali melanjutkan kehidupan saya.

Kisah Pipit: Bangga Menjadi Anak SMK

Saya pernah mengikuti sebuah lomba vlog yang diadakan oleh salah satu Dinas di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lomba tersebut adalah lomba vlog yang diikuti oleh SMA/SMK Sederajat. Pada saat itu memang persiapan saya cukup singkat karena KBM di SMK begitu padat. Pada saat itu saya juga didampingi oleh Bapak/Ibu Guru yang memang memiliki keahlian di bidang tersebut. Pada akhirnya saya juga tertantang dan semakin semangat. Pada saat itu, tanpa saya sadari saya adalah satu-satunya anak SMK yang lolos pada babak penyisihan lomba. Dengan demikian saya harus bekerja ekstra untuk membuktikan bahwa siswa SMK ‘pinggiran’ seperti saya juga layak mendapatkan juara di tengah kota.


Tiba hari dimana puncak perlombaan. Karena jarak sekolah yang cukup jauh, alhasil saya menjadi finalis terakhir yang maju untuk mempresentasikan hasil video vlog tersebut. Namun, dengan demikian saya dapat belajar dari keempat finalis pertama. Untuk respon dari ketiga juri sangat puas menurut saya. Namun, saat pengumuman kejuaraan, saya mendapatkan juara harapan. Juara 1 didapatkan oleh anak SMA yang memang memiliki pengetahuan yang cukup baik untuk proses editing dan pengetahuan tentang nama nama alat apa saja yang dia gunakan. SMA tersebut ternyata juga memiliki alat alat yang cukup lengkap. Perasaan saya campur aduk antara senang, bangga, dan sedih karena teman saya tidak lolos pada babak penyisihan.


Dan pada akhirnya saya dapat menerima itu dengan lapang dada. Seperti apa yang pernah disampaikan oleh Mbak Intan, pendamping saya di Titian kepada saya, beliau pernah berkata, “Terbangkanlah mimpimu setinggi mungkin dan jangan pernah kamu membandingkan dirimu dengan orang lain, tapi bandingkan dirimu sekarang dengan dirimu yang dulu”. Kata-kata tersebut begitu melekat di hati saya. Apapun hasilnya, saya bangga dengan pencapaian saya karena saya juga merasa lebih hebat dari diri saya yang dulu. Setiap perlombaan pasti ada kemenangan dan kekalahan saya menyadari itu dan saya selalu bersyukur dengan sekecil apapun pencapaian saya. Saya bangga dapat membawa 2 piala dimana saya mendapatkan juara harapan 1 dan juara terfavorit.

Kisah Pirna: Berkibarlah Benderaku

Dulu, setiap hari saya berlatih dan berdoa agar bisa menjadi seorang Paskibraka, rasa sakit dan lelah sudah menjadi sahabat saya, banyak tangisan dan proses yang sangat berat, tetapi saya percaya pada diri saya dan mengikuti seleksi di tingkat Kabupaten Lombok Utara, lalu saya menjadi salah satu peserta dengan nilai tertinggi dan menjadi perwakilan bagi Kabupaten Lombok Utara untuk mengikuti seleksi Tingkat Provinsi. Hal ini membawa saya pada kesempatan lainnya, yaitu seleksi untuk Tingkat Nasional.


Semua seleksi saya laksanakan dengan lancar dan saya mendapatkan nilai yang tertinggi dari seluruh peserta dan sama menjadi perwakilan menuju Tingkat Nasional bersama rekan saya berasal dari Kota Mataram dan saya menjadi perwakilan pertama dari Kabupaten Lombok Utara. Pada saat berangkat ke ibu kota, jujur, perasaan saya di sana sangat bangga terhadap diri saya karena sudah capai di titik ini tetapi pada saat itu juga saya mengalami pusing dan mual karena memang itu penerbangan pertama saya ke Jakarta.


Namun, takdir berkata lain. Memang bukan rejeki saya untuk menjadi Paskibraka Tingkat Nasional dan saya tidak berkecil hati dengan hal tersebut. Saya ingin jadikan itu pelajaran yang sangat berharga bagi saya dan juga yang bagus untuk dikenang dan itu menjadi cerita saya di kemudian hari dan saya juga menjadi orang pertama perwakilan Kabupaten Lombok Utara yang bisa sampai di Pusat. Di Jakarta, saya mendapatkan banyak sekali pengalaman yang baik dan sangat menyentuh di hati saya karena Saya benar benar merasakan Bhinneka tunggal Ika yang sangat kental. Saya sangat bangga pernah berada di antara orang-orang hebat tersebut.


Saya bisa meraih ini semua karena merasa percaya diri dan melakukan hal yang terbaik, salah satunya dikarenakan saya sudah mendapatkan pembelajaran dari kegiatan Sunday Gathering di Titian tentang Kepercayaan Diri yang sangat membantu saya ketika harus tampil di depan umum atau ketika sedang diwawancara. Saya juga bisa mengatur skala prioritas pada kehidupan saya sendiri. Di Titian saya pun belajar untuk mengatur emosi dan banyak sekali hal-hal yang membuat saya bangga dan percaya diri untuk melakukan sesuatu, termasuk capaian saya dalam Paskibraka ini. Semua pelajaran dari Titian Foundation hingga saat ini terus saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari saya sehingga saya bisa dimudahkan untuk berjalan menuju impian saya. Kekecewaan tentu saya rasakan mengingat banyak pengorbanan dan perjuangan yang saya dan orang tua saya lakukan, tetapi memang itu bukan rejeki saya dan memang sudah takdirnya Tuhan untuk saya menjadi Paskibraka Provinsi, dan ini pun merupakan tugas yang cukup berat. Saya tetap merasa bersyukur atas semua pembelajaran yang saya dapatkan.

Facebook
Twitter
WhatsApp
The Key to Everything Titian Does is Sustainability The Key to Everything Titian Does is Sustainability The Key to Everything Titian Does is Sustainability The Key to Everything Titian Does is Sustainability
The Key to Everything Titian Does is Sustainability The Key to Everything Titian Does is Sustainability The Key to Everything Titian Does is Sustainability The Key to Everything Titian Does is Sustainability